23 April 2013

EKG

Pengertian
Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan potensial atau perubahan voltase yang terdapat dalam jantung.
Elektrokardiogram adalah grafik yang merekam perubahan potensial listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu.
Kegunaan EKG adalah :
þ Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)
þ Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)
þ Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung
þ Mengetahui adanya gangguan elektrolit
þ Mengetahui adanya gangguan perikarditis
Cara merekam EKG
Persiapan alat
  1. Mesin EKG yang dilengkapi 2 kabel
Satu kabel untuk listrik (power)
Satu kabel untuk ground
Satu kabel untuk pasien
  1. Plat elektrode yaitu
Elektrode ekstremitas diikatkan dengan ban pengikat khusus
Elektrode dada dengan balon penghisap
  1. Jelly elektrode/air
  2. Kertas EKG
  3. Kertas tissue
Cara menempatkan elektrode :
  1. Elektrode ekstremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan searah dengan telapak tangan
  1. Elektrode ekstremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam
Pemasangan pada pergelangan tidak mutlak, bisa diperlukan untuk dapat dipasang sampai paha kiri atau kanan
Kabel yang dihubungkan :
Merah è Lengan kanan (RA)
Kuning è Lengan kiri (LA)
Hijau è Tungkai kiri (LL)
Hitam è Tungkai kanan (RL) : ground
  1. Elektrode dada (prekordial) terpasang
V1 : Spatium Interkostal (SIC) ke IV pinggir kanan sternum
V2 : SIC ke IV sebelah pinggir kiri sternum
V3 : ditengah diantara V2 dan V4
V4 : SIC ke V garis mid klavikula kiri
V5 : Sejajar V4 garis aksilaris kiri
V6 : Sejajar V6 garis mid aksilaris
V7 : Sejajar V6 pada garis post aksilaris (jarang dipakai)
V8 : Sejajar V7 garis ventrikel ujung scapula (jarang dipakai)
V9 : Sejajar V8 pada kiri ventrikel (jarang dipakai)
  1. Hidupkan mesin EKG
Perksa kembali standarisasi EKG dengan :
Kalibrasi 1 milivolt è akan memberikan gelombang setinggi 10 mm
Kecepatan 25 mm per detik
Lakukan kalibrasi dengan menekan tombol start/run. Setelah kertas EKG bergerak, tekan tombol kalibrasi untuk memeriksa apakah gelombang EKG sesuai 10 mm/1MV, dengan memindahkan lead selektor buat perekaman EKG berturut-turut :
Lead  ekstremitas :I, II, III, aVR, aVL, aVF,
Lead prekordial : V1-V6.
Standar lead ekstremitas:
Bagaimana asal dari gel I, II, III, dan aVR, aVL dan aVF?
Lead I     : Perbedaan potensial antara LA dan RA
Lead II   : Perbedaan potensial antara RA dan LL
Lead III : Perbedaan potensial antara LA dan LL
aVR : Potensial dari lengan kanan terhadap
aVL : Potensial dari lengan kiri terhadap
aVF : Potensial dari tungkai kiri terhadap
Cek List pemasangan EKG
No
Kegiatan
Dilakukan


Ya
Tidak
1
Cek alat EKG dan kelengkapannya


2
Cuci tangan


3
Mengucapkan salam


4
Menjelaskan tujuan pemeriksaan


5
Menjelaskan langkah dan prosedur


6
Menanyakan kesiapan pasien


7
Menyalakan mesin EKG


8
Baringkan pasien dengan tenang di bed, tangan dan kaki tidak bersentuhan


9
Pastikan tidak ada alat elektronik dan logam lain yang bersentuhan dengan badan


10
Bersihkan dada, kedua pergelangan tangan dan kaki dengan kapas alkohol


11
Beri elektrode ekstremitas dengan jeli


12
Pasang empat elektrode ekstremitas dengan benar


13
Dada diberi jeli sesuai dengan lokasi elektrode V1-V6


14
Pasang elektrode prekordial dengan benar


15
Rekam setiap lead 3-4 beat (setelan otomatis)


16
Lepas elektrode


17
Bersihkan tubuh pasien


18
Beritahu pasien perekaman sudah selesai


19
Matikan mesin EKG


20
Catat nama pasien, umur, jam dan tanggal pemeriksaan


21
Bereskan alat



Total :


Prosedur Pemasangan Infus

Cairan Infus
URAIAN UMUM
Pemberian cairan obat /makanan melalui pembuluh darah vena
A. PERSIAPAN
I. Persiapan Klien
- Cek perencanaan Keperawatan klien
- Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
II. Persiapan Alat
- Standar infus
- Ciran infus dan infus set sesuai kebutuhan
- Jarum / wings needle / abocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
- Bidai / alas infus
- Perlak dan torniquet
- Plester dan gunting
- Bengkok
- Sarung tangan bersih
- Kassa seteril
- Kapas alkohol dalam tempatnya
- Bethadine dalam tempatnya

B. PELAKSANAAN
- Perawat cuci tangan
- Memberitahu tindakan yang akan dilakukan dan pasang sampiran
- Mengisis selang infus
 Membuka plastik infus set dengan benar
 Tetap melindungi ujung selang seteril
 Menggantungkan infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas
 Menggantung cairan infus di standar cairan infus
 Mengisi kompartemen infus set dengan cara menekan ( tapi jangan sampai terendam )
 Mengisi selang infus dengan cairan yang benar
 Menutup ujung selang dan tutup dengan mempertahankan keseterilan
 Cek adanya udara dalam selang
- Pakai sarung tangan bersih bila perlu
- Memilih posisi yang tepat untuk memasang infus
- Meletakan perlak dan pengalas dibawah bagian yang akan dipungsi
- Memilih vena yang tepat dan benar
- Memasang torniquet
- Desinfeksi vena dengan tekhnik yang benar dengan alkohol dengan tekhnik sirkuler atau dari atas ke bawah sekali hapus
- Buka kateter ( abocath ) dan periksa apakah ada kerusakan
- Menusukan kateter / abocath pada vena yang telah dipilih dengan apa arah dari arah samping
- Memperhatikan adanya darah dalam kompartemen darah dalam kateter, bila ada maka mandrin sedikit demi sedikit ditarik keluar sambil kateter dimasukan perlahan-lahan
- Torniquet dicabut
- Menyambungkan dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit, dan sambil dibiarkan menetes sedikit
- Memberi plester pada ujung plastik kateter / abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
- Membalut dengan kassa bethadine seteril dan menutupnya dengan kassa seteril kering
- Memberi plester dengan benar dan mempertahankan keamanan kateter / abocath agar tidak tercabut
- Mengatur tetasan infus sesuai dengan kebutuhan klien
- Alat-alat dibereskan dan perhatikan respon klien
- Perawat cuci tangan
- Catat tindakan yang dilakukan

C. EVALUASI
- Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikian juga respon klien terhadap pemberian tindakan

D. DOKUMENTASI
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi / respon klien terhadap pemasangan infus, cairan dan tetesan yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang, dan perawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan

Pemberian Oksigen

1. Definisi
Pemberian terapi oxygen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat khusus.

2. Tujuan

- Memenuhi kekurangan oksigen
- Membantu kelancaran metabolisme
- Sebagai tindakan pengobatan
- Mencegah hipoksia
- Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung

3. Prosedur

INDIKASI
Terapi ini dilakukan pada penderita :
- Dengan anoksia atau hipoksia
- Dengan kelumpuhan alat-alat pernafasan
- Selama dan sesudah dilakukan narcose umum
- Mendapat trauma paru
- Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock, dispneu, cyanosis, apneu
- Dalam keadaan coma

PERSIAPAN

1. Alat :
- Tabung oksigen beserta isinya
- Regulator dan flow meter
- Botol pelembab
- Masker atau nasal prong
- Slang penghubung
2. Penderita
- Penderita diberi penjelasan tentang tindakan yang kan dilakukan
- Pendrita ditempatkan pada posisi yang sesuai

TATA KERJA

1. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan
3. Hubungkan nasal prong atau masker dengan slang oksigen ke botol pelembab
4. Pasang ke penderita
5. Atur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan
6. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi lepas nasal prong atau masker dari penderita
7. Tabung oksigen ditutup
8. Penderita dirapikan kembali
9. Peralatan dibereskan

PERHATIAN
- Amati tanda-tanda vital sebelum, selama dan sesudah pemberian oksigen
- Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan misalnya : api, yang dapat menimbulkan kebakaran
- Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol
- Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai
- Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering
- Pemberian oksigen harus hati-hati terutama pada penderita penyakit paru kronis karena pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti penurunan kesadaran.
- Terapi oksigen sebaiknya diawali dengan aliran 1 – 2 liter/menit, kemudian dinaikkan pelan-pelan sesuai kebutuhan

3. Referensi
1. Muhammad Amin, Hood Alsagaff,WBM Taib Saleh, Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Ilmu Penyakit Paru, Airlangga University Press, 1989
2. Muhammad Amin, Hood Alsagaff,WBM Taib Saleh,Penyakit Paru Obstruktif Menahun, Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Paru RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 1994

22 April 2013

ASKEP WSD

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal Drainage).

1.2  Rumusan Masalah
  1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
  2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  5. Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
  6. Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
1.3.2        Tujuan Khusus
  1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
  2. Mahasiswa mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  3. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  4. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  5. Mahasiswa mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
  6. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
  7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
           
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
  1. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.
  1. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.
  1. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” tetap baik.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura
Tekanan
Istirahat
Inspirasi
Ekspirasi
Atmosfer
760
760
760
Intrapulmoner
760 
757
763
Intrapleural  
756 
750
756

2.2 TUJUAN
  1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
  2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
  3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
  4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
  5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

2.3 INDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung
f. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi indflamsi
g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

2.4 KONTRAINDIKASI PEMASANGAN WSD
a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

2.5 KOMPLIKASI
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema
c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

2.6 MACAM-MACAM 
  1. WSD dengan sistem satu botol
· Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
· Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai penampung dan botol penampung
· Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
Note:
-          Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena menyebabkan paru kolaps.
-          Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk mengeluarkan cairan atau udara.
-          Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
· Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar
· Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
· Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
· Inspirasi akan meningkat
· Ekpirasi menurun

b. WSD dengan sistem 2 botol
· Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal.
· Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat dihubungkan dengan suction control
· Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2
· Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
· Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural
. Keuntungannya adalah water seal tetappada satu level
c. WSD dengan sistem 3 botol
· Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan
· Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
· Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
· Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
· Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
· Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
· Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
· Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

BAB 3
PROSEDUR PEMASANGAN WSD

3.1 TEMPAT PEMASANGAN WSD
a. Bagian apex paru (apical)
- Anterolateral interkosta ke 1-2
- Fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- Postero lateral interkosta ke 8-9
- Fungsi : untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura

3.2 CARA PEMASANGAN WSD
3.2.1 Persiapan
1. Pengkajian
a. Memeriksa kembali instruksi dokter
b. Mengecek inform consent
c. Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan
2.  Persiapan pasien
a. Siapkan pasien
b. Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
c. Tujuan tindakan
d. Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD. Posisi klien dapat duduk atau berbaring
e. Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
f.  Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
  1. Persiapan alat
    1.   Sistem drainage tertutup
    2. Motor suction
    3.    Slang penghubung steril
    4. Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet, trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), masker.

3.3.2        Pelaksanaan
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
  1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksilaris anterior dan media
  2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan
  3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus  interkostalis
  4. Pada saat inspirasi:
    1. Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam WSD
    2. Paru- paru mengembang
Note:
Apabila menggunakan WSD tipe satu botol, saat inspirasi cairan biasanya akan tertarik ke atas, namun tidak sampai masuk kembali ke rongga pleura karena adanya gaya gravitasi dan perbedaan sifat cairan yang lebih berat daripada udara.
  1. Pada saat ekspirasi:
Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding  tekanan yang ada di dalam WSD
  1. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru
  2. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps
  3. Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada
  4. Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan
10.  Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan


3.3.3 Tindakan setelah prosedur
1. Perhatikan undulasi pada selang WSD
     Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain :
  1. Motor suction tidak berjalan
  2. Slang tersumbat dan terlipat
  3. Paru-paru telah mengembang
  4. Yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi system drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas
  5. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar
  6. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air
  7. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah cairan yg keluar
  8. Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama
  9. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
  10. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat
  11. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi
10.  Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu
11.  Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang dibuang
12.  Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran
13.  Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema subkutan
14.  Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif
15.  Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh
16.  Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD
17.  Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
3.3  PERAWATAN WSD
  1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
    Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
  2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat akan diberi analgetik oleh dokter.
  3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
    1. Penetapan slang.
      Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.
    2. Pergantian posisi badan.
      Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.
    3. Mendorong berkembangnya paru-paru.
      1. Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
      2. Latihan napas dalam.
      3. Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk waktu slang diklem.
      4. Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
      5. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan pernapasan.
  1. Suction harus berjalan efektif :
    1.  Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.
    2.  Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
    3.  Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.
    4. Perawatan “slang” dan botol WSD/ Bullow drainage.
      1.    Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar kalau ada dicatat.
      2.    Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
      3.    Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.
      4.    Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang harus tetap steril.
      5.    Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan memakai sarung tangan.
   Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)

3.4  INDIKASI PELEPASAN WSD
  1. Produksi cairan <50 cc/hari
  2. Bubling sudah tidak ditemukan
  3. Pernafasan pasien normal
  4. 1-3 hari post cardiac surgery
  5. 2-6  hari post thoracic surgery
  6. Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau tidak adanya cairan atau udara pada rongga intra pleura

BAB 4
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1  PENGKAJIAN KEPERAWATAN
4.1.1.   Anamnesa
  1. Identitas Pasien
Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
  1. Keluhan Utama
    1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
    2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak
    3. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.
  1. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien sekarang.
  1. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.
  1. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.


4.1.2.   Pemeriksaan Fisik
  1. Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.
  2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.
  3. ROS (Review of System)
B1 (Breath)          
  1. Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
  2. Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
  3. Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
  4. Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
  5. Fremitus fokal
  6. Perkusi dada : hipersonor
  7. Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
  8. Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
  9. Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.

B2 (Blood)
  1. Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
  2. Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
  3. Hipertensi / hipotensi
  4. CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
  5. Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah


B3 (Brain)
  1. Tentukan GCS pasien
  2. Tentukan adanya keluhan pusing,
  3. Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
  4. ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
  5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien

B4 (Bladder)
Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:
  1. Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia
  2. Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening
  3. Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
  4. Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
  5. Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter

B5 (Bowel)
  1. Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
  2. Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
  3. Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
  4. Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
  5.                                                   i.      Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
  6. Peristaltic usus tiap menitnya
  7. Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
  8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari

B6 (Bone)
  1. Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
  2. Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
  3. Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
  4. Keadaan turgor kulit

4.1.3.   Pemeriksaan Penunjang
  1. Pemeriksaan laboratorium
  2. Darah lengkap dan kimia darah
  3. Bakteriologis
  4. Analisis cairan pleura
  5. Pemeriksaan radiologis
  6. Biopsi

4.1.4    Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.


 4.1.5   Intervensi
  1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
a. Menunjukkan pola napas normal/efektif
b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya peninggian kepala tempat tidur (head up)
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :
  1. Periksa pengontrol penghisap, batas cairan


  1. Observasi gelembung udara botol penampung


c.   Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d.   Awasi pasang surutnya air penampung dan water seal

e.   Catat karakter/jumlah drainase selang dada.

Mempertahankan tekanan negative intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum dan/ atau drainase cairan
Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari pneumothorak. Naik turunnya gelembung  udara menunjukkan ekspansi paru
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
Berguna dalam menevaluasi perbaikan kondisi/terjadinya komplikasi atau perdarahan yang memerlukan upaya intervensi
Berikan oksigen melalui kanul/masker, latih napas dalam dan batuk efektif
Alat dalam menurunkan kerja napas; meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis b.d  hipoksemia.
Perawatan :
Observasi pola napas dan komplikasi

Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola napasnya efektif, serta untuk mencegah terjadinya komplikasi  yang bias memperparah kondisi klien

  1. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman
Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi
Kriteria hasil:  - nyeri berkurang bahkan hilang
-  RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit
            Intervensi :
Intervensi
Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi
Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang
-  Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat analgesik
Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan pasien

Observasi skala nyeri setelah intervensi yang telah dilakukan
Sebagai evaluasi terhadap interensi yang telah dilakukan dan untuk merencanakan intervensi selanjutnya

  1. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
Kemungkina dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD
Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien
Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD
-  Tidak timbul rasa nyeri
-  Suhu tubuh normal (36,5-37,5)
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD secara teratur
Untuk menjaga kebersihan daerah yang terpasang WSD sehingga dapat meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat daerah WSD dan instruksikan untuk merawatnya secara teratur
Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan
Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap pasien yang dapat emmicu terjadinya infeksi


Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member antibiotik jika diperlukan
Mengendalikan factor pemicu infeksi
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan
Meminimalkan pemicu infeksi

  1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.
Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan mengikuti instruksi, pasien tampak gelisah.
Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil: - pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana pengobatan
-  Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
Intervensi
Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat dalam proses belajar, misalnya: diskusi, partisipasi kelompok
Belajar ditingkatkan bila individu secara aktif berperan
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku yang berhubungan dengan kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong membaca dan memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Membantu pasien dan orang terdekat membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan.
Informasikan kepada pasien tentang efek-efek pemasangan WSD
Mengurangi ras cemas pasien akibat terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan penyakit dan proses pengobatannya
Mengetahui keefektifan intervensi yang telah dilakukan

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.
Tujuan pemasangan WSD antara lain :
  1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
  2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
  3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
  4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
  5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20 Desember 2010 Jam 08.00 WIB
Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20 Desember 2010 Jam 21.27 WIB
Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember 2010 Jam 21.16 WIB